Wilayah Laut Arafura dan Laut Timor (Arafura and Timor Seas atau ATS) memiliki ekologi, geografi, dan struktur sosial politik yang unik.
Berada di wilayah Australia, Indonesia, Papua Nugini dan Tmor Leste, koridor perairan tropis yang subur ini melintasi Ekosistem Laut Besar (Large Marine Ecosystem atau LME) Landas Australia Utara, menghubungkan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dengan Segitiga Karang.
Wilayah ini menyediakan sumber daya penting bagi penduduk banyak negara dan juga mengisi laut dunia dengan keanekaragaman hayati.
Wilayah ATS adalah rumah bagi banyak keajaiban-keajaiban alam:
Selain itu, ATS juga kaya akan sumber daya alam tak hidup,seperti cadangan minyak bumi dan gas bumi.
Banyak dari kehidupan laut di ATS berada di bawah ancaman penangkapan ikan berlebih, hilangnya habitat dan dampak dari perubahan iklim, atau kombinasi ketiganya. Hal tersebut menekankan pentingnya aksi regional yang dilakukan secara kolektif, dan pengelolaan lintas batas terhadap jenis ikan yang penting secara ekonomi, habitat yang sudah kritis, dan megafauna laut.
5 ISU LINGKUNGAN UTAMA YANG MENJADI PERHATIAN
Melalui serangkaian konsultasi nasional dan regional selama fase pertama Program ATSEA (ATSEA-1), kami telah mengidentifikasi lima isu lingkungan utama yang menjadi perhatian:
PENANGKAPAN IKAN YANG TIDAK BERKELANJUTAN
PENURUNAN HABITAT
POLUSI
HILANGNYA KEANEKARAGAMAN HAYATI
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
Kerusakan yang saat ini berlangsung di wilayah ATS merupakan hasil dari konsumsi global energi fosil, penggunaaan lahan yang tidak sesuai aturan, dan pengelolaan kehutanan yang tidak berkelanjutan dalam skala global.
Tindakan mendesak harus dilakukan jika kita ingin mengubah tren yang merusak ini dan memastikan semua sumber daya hidup maupun tak hidup di wilayah ATS dikelola secara berkelanjutan.
Pada tahun 2006, Forum Ahli Laut Arafura dan Laut Timor atau Arafura and Timor Seas Expert Forum (ATSEF) menyusun dan menyerahkan penawaran kepada GEF, yang kemudian dikenal dengan Program Arafura dan Timor Seas Ecosytem (ATSEA). Program ini disetujui pada tahun 2007.
Fase awal Program ATSEA secara resmi diluncurkan padatahun 2010, yang melahirkan forum muti nasional antar pemerintah yang terdiri dair para pemimpin lokal, perwakilan pemerintah regional, para ahli, dan pegiat konseervasi. Forum ini bertugas untuk menciptakan solusi berkelanjutan bagi berbagai persoalan yang mempengaruhi pesisir dan sumber daya laut di wilayah tersebut.
ATSEA-1 mencapai hasil sebagai berikut:
Dengan menciptakan forum awal, merumuskan dan mengimplementasikan PAS regional dan kemudian memastikan adopsi antar pemerintah, fase pertama dari ATSEA meletakkan dasar yang penting untuk proyek ini; sebuah landasan yang digunakan untuk membangun fase kedua.
Pengulangan kedua dari Program ATSEA telah diadaptasikan untuk membawa kolaborasi regional dan koordinasi di wilayah ATS selangkah lebih maju. Hal ini akan dicapai melalui pengesahan dan implementasi visi 10 tahun Laut Arafura dan Laut Timor, yang dikenal dengan Program Aksi Strategis (PAS).
Program ATSEA-2 terdiri dari tiga komponen utama.
Gabungan keluaran yang diharapkan dari Program ATSEA adalah:
Temukan bagaimana tiap komponen ATSEA-2 bekerja untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di wilayah ATS
ATSEA-2 is a Global Environment Facility (GEF)-funded programme, managed and executed under the United Nations Development Programme (UNDP). Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) Resource Facility (PRF) is an implementing partner